HAMAS
Syekh Ahmad Yassin, salah satu pendiri
Hamas, yang dibunuh Israel pada tanggal 22 Maret 2004, adalah seorang guru
kelahiran 1 Januari 1929, yang mencatatkan organisasi Mujama al-Islami Hamas
ini secara legal di Israel pada 1978. Ia berpijak ke Ikhwanul Muslimin yang
didirikan Hasan al-Banna pada 1928 di Mesir. Pemerintah Israel kala itu justru
menyokong Hamas, yang hanya berkutat di bidang sosial, moral, dan pendidikan.
Tel Aviv juga memanfaatkan Hamas untuk menyaingi kepopuleran Organisasi
Pembebasan Palestina (PLO) yang dipimpin Yasser Arafat.Matthew Levitt dalam
bukunya, Hamas: Politics, Charity, and Terrorism in the Service of Jihad,
menulis, Hamas yang akronim dari Harakat al-Muqawama al-Islamiya atau Gerakan
Perlawanan Islam didirikan pada 14 Desember 1987. Organisasi ini merupakan
pengembangan dari Ikhwanul Muslimun—yang berpusat di Mesir—cabang
Palestina.Berkembang sebagai organisasi karitas, Hamas diam-diam juga berkembang
sebagai organisasi bersenjata. Hal ini baru terkuak di akhir 1987. Yassin,
alumnus Universitas Al-Azhar, Mesir, meluncurkan Harakat Muqawama al-Islamiya —
disingkat Hamas — yang berarti Gerakan Perlawanan Islam.Tujuan pendirian Hamas
dicantumkan di aktanya: "mengibarkan panji-panji Allah di setiap inci bumi
Palestina". Dengan kata lain: melenyapkan bangsa Israel dari Palestina dan
menggantinya dengan negara Islam. Hamas baru ini dibidani Yassin dan tujuh
orang berpendidikan tinggi: Abdul Aziz al-Rantissi (dokter spesialis anak),
Abdul Fatah Dukhan dan Muhammad Shamaa (keduanya guru), Isa Nashar dan Abu
Marzuq (insinyur mesin), Syekh Salah Silada (dosen), dan Ibrahim al-Yazuri
(farmakolog).Hamas didirikan sebagai bentuk ketidakpuasan terhadap organisasi-organisasi
perlawanan Palestina yang lebih dahulu dalam menghadapi Israel. Mereka dinilai
lembek dan cenderung kompromistis. Fatah, misalnya, membuka dialog dengan
Israel.
Peluncuran Hamas menemukan momentumnya
dengan kebangkitan Intifadah I, yang bergolak di sepanjang Jalur Gaza.
Anak-anak Palestina tak gentar melawan tentara Israel dengan batu-batu
sekepalan tangan. Sejak itu, sayap-sayap militer Hamas beroperasi secara
terbuka. Mereka meluncurkan sejumlah serangan balasan—termasuk bom bunuh
diri—ke kubu Israel.
Pada Agustus
1993, Arafat duduk semeja dengan Perdana Menteri Israel Yitzhak Rabin. Hasilnya
adalah Deklarasi Oslo. Rabin bersedia menarik pasukannya dari Tepi Barat dan
Jalur Gaza serta memberi Arafat kesempatan menjalankan sebuah lembaga semiotonom
yang bisa "memerintah" di kedua wilayah itu. Arafat "mengakui
hak Negara Israel untuk eksis secara aman dan damai". Hamas tidak
menyetujui perjanjian ini.
Pada Januari 2006, Hamas melangkah ke arena
politik formal. Secara mengejutkan, mendulang kemenangan—meraih 76 dari 132
kursi dalam pemilihan anggota parlemen Palestina. Hamas mengalahkan Fatah,
partai berkuasa sebelum pemilu saat itu. Kabinet yang didominasi orang Hamas
terbentuk.
(WIKIPEDIA)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar